ISU TENTANG PROFESI IT DI MEDIA MASSA ATAU MEDIA CETAK
Pengertian Etika Profesi IT
Etika Profesi IT adalah norma-norma atau kaidah-kaidah manusia dalam menjalankan profesi atau pekerjaannya dan mempertimbangkan segala tindakan dalam melakukan pekerjaannya khusus dalam bidang IT.
Etika Profesi Bidang IT
Dalam lingkup IT, kode etik profesinya memuat kajian ilmiah mengenai prinsip atau norma-norma dalam kaitan dengan hubungan antara profesional atau developer IT dengan klien, antara para profesional sendiri, antara organisasi profesi serta organisasi profesi dengan pemerintah. Salah satu bentuk hubungan seorang profesional dengan klien (pengguna jasa) misalnya pembuatan sebuah program aplikasi.
Seorang profesional tidak dapat membuat program semaunya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti :
1. Untuk apa program tersebut nantinya digunakan oleh klien
2. User dapat menjamin keamanan (security) sistem kerja program aplikasi tersebut dari pihak-pihak yang dapat mengacaukan sistem kerjanya (misalnya : hacker, cracker dan lain-lain).
Isu-isu tentang profesi IT
A. Cyber Crime
1) Merupakan kejahatan yang dilakukan seorang atau kelompok orang dengan menggunakan komputer sebagai basis teknologinya.
2) Hacker adalah seorang yang mengakses komputer/jaringan secara ilegal.
3) Cracker adalah seorang yang mengakses komputer/jaringan secara ilegal dan memiliki niat yang buruk.
4) Script Kiddie adalah serupa dengan Cracker tetapi tidak memiliki keahlian teknis.
5) Cyber Terrorist adalah seorang yang menggunakan jaringan/internet untuk
merusak dan menghancurkan komputer/jaringan tersebut untuk alasan politis.
Contoh, pekerjaan yang bisa dihasilkan dari para CyberCrime ini adalah berkenaan dengan keamanan yaitu :
v Malware
Virus adalah program yang bertujuan untuk mengubah cara bekerja komputer tanpa seizin pengguna.
Worm adalah program-program yang menggandakan dirinya secara berulang-ulang di komputer sehingga menghabiskan sumber daya.
Trujon adalah program/suatu yang menyerupai program yang bersembunyi didalam program komputer kita.
6) Denial Of Service adalah serangan yang bertujuan untuk akses komputer pada layanan Web/E-mail, pelaku akan mengirimkan data yang tidak bermanfaat secara berulang-ulang sehingga jaringan akan mengeblok pengunjung lainnya.
7) Penggunaan Tak Terotorisasi adalah penggunaan komputer atau data-data di dalamnya untuk aktivitas ilegal/tanpa persetujuan.
8) Phishing/Pharming adalah trik yang dilakukan pelaku kejahatan untuk mendapatkan rahasia. Jika phising menggunakan email, maka Pharming langsung menuju ke web tertentu.
9) Spam adalah email yang tidak diinginkan yang dikirim ke banyak penerima sekaligus.
10) Spyware adalah program yang terpasang untuk mengirimkan informasi pengguna kepihak lain.
B. Cyber Ethic
Dampak dari semakin berkembangnya internet, yang didalamnya pasti terdapat interaksi antar penggunanya yang bertambah banyak, maka dibutuhkan adanya etika didalam penggunaan internet tersebut.
C. Pelanggaran Hak Cipta
Merupakan masalah tentang pengakuan hak cipta dan kekayaan intelektual, dengan kasus seperti pembajakan, cracking, illegal software. Berdasarkan laporan Bussiness Software Alliance (BSA) dan International Data Corporation (IDC) dalam Annual Global Software Piracy 2007, dikatakan Indonesia menempati posisi 12 sebagai negara terbesar dengan tingkat pembajakan software.
D. Tanggungjawab Profesi IT
Sebagai tanggung jawab moral, perlu diciptakan ruang bagi komunitas yang akan saling menghormati di dalamnya, Misalnya IPKIN (Ikatan Profesi Komputer & Informatika) semenjak tahun 1974.
F5 Networks Luncurkan Program Pelatihan untuk Ahli Teknologi
Liputan6.com, Jakarta - F5 Networks baru saja mengumumkan inisiatif bernama Super-NetOps. Inisiatif ini merupakan pelatihan pertama di Asia Pasifik yang bertujuan membantu perusahaan dan industri teknologi informasi.
Dengan inisiatif ini perusahaan dapat lebih luas menerapkan otomatisasi, peningkatan kinerja, mengurangi kesenjangan keterampilan, dan membantu para profesional menyampaikan fungsi jaringan melalui DevOps. Perkembangan lanskap ancaman dan lingkungan multi-cloud telah mendorong peningkatan permintaan akan layanan aplikasi yang hadir lebih otomatis. Kebutuhan efisiensi yang lebih lebih besar ini turut menciptakan kesenjangan di antara profesional ahli di bidang teknologi fundamental dan teknologi baru, sehingga dapat menjadi penghambat.
"Ketika berbicara dengan banyak pelanggan kami, ada satu kesamaan yang nyata, yaitu kesenjangan dalam hal praktik kerja dan kolaborasi antara tim NetOps dan DevOps," ujar Adam Judd, Senior Vice President, Asia Pasifik, China dan Jepang, F5 Networks dalam keterangan resmi yang diterima Tekno Liputan6.com, Kamis (29/3/2018). Menurutnya, kebutuhan akan layanan IT melampaui kemampuan pendekatan manual yang berbasis fungsi. Dalam hal ini, F5 berkomitmen untuk menjawab tantangan ini secara langsung, dan membantu industri bertumbuh dengan perangkat dan sumber daya manusia yang tepat.
Program Super-NetOps F5 ini bertujuan memberikan informasi mengenai ketrampilan jaringan esensial dan jaringan baru pada para peserta. Hal ini dilakukan agar komunitas sistem operasi (NetOps) dapat memfasilitasi kolaborasi yang lebih kuat dengan para pengembang (DevOps). Selain itu, program ini juga mendorong peralihan dari praktik manual yang berbasis tugas menjadi tingkat otomatisasi yang lebih baik, perbaikan yang berkesinambungan, dan pengembalian investasi bisnis.
Program ini telah diuji coba dengan ratusan pelanggan F5. Jadi, kursus ini telah terstruktur secara khusus untuk mengatasi permasalahan operasional silo dan mengurangi waktu layanan dari hitungan hari ke menit, sekaligus memastikan aplikasi memenuhi standar kepatuhan, kebijakan, dan kinerja. Untuk mendukung program ini, dibentuk sebuah kombinasi antara pembelajaran video dan sesi praktik secara langsung. Nantinya, program pelatihan ini hadir di Asia Pasifik dengan pendekatan lokal yang disesuaikan dengan keunikan budaya dari masing-masing wilayah.
Inisiatif ini juga hadir seiring upaya pemerintah di Asia Pasifik yang sedang menerapkan kebijakan untuk mengurangi kesenjangan dalam beberapa bidang keterampilan tertentu. Dalam beberapa bulan mendatang, F5 akan meluncurkan kurikulum yang diperluas. Kurikulum ini termasuk penerapan otomatis dengan fokus pada keamanan di peran DevSecOps, termasuk topik lain mencakup kerangka bahasa aplikasi dan perangkat bantu otomatisasi pihak ketiga.
"Ketika mayoritas perusahaan di Asia Pasifik berniat memperluas penawaran produk dan layanan digital mereka hingga tahun 2020, keahlian operasi jaringan menjadi semakin penting, terutama karena perusahaan mencari aplikasi-aplikasi yang lebih cepat, lebih cerdas dan lebih aman," tutur Judd.
Keberadaan teknologi informasi (TI) saat ini sudah tidak dapat terhindarkan lagi pada kehidupan sehari-hari.
Tahun lalu, F5 Networks, mengumumkan penambahan jajaran tim eksekutif. Perusahaan yang bermarkas di Seattle, Washington, Amerika Serikat (AS) ini menunjuk Gabriel Breeman sebagai Vice President, Partner Sales & Alliances, Asia Pasifik.
Berbasis di Singapura, Breeman akan bekerja sama dengan para pemimpin lintas sektoral untuk memperluas dan mengembangkan divisi penjualan dan mitra aliansi F5 secara strategis. Ia akan bertanggung jawab langsung kepada Adam Judd, Senior Vice President of Asia Pacific Sales, F5 Networks. Breeman memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dengan beragam posisi kepemimpinan di bidang penjualan. Sebelum bergabung dengan F5, ia menjabat sebagai Senior Director for Partner Sales, Asia Pasifik dan Jepang di Brocade. Breeman juga pernah berkarier di Fusion-IO, Dot Hill Systems, dan Sun Microsystems. Breeman mengatakan, kemitraan dengan penyedia teknologi yang tepat sangat penting agar dapat berhasil di bidang digital masa kini yang kompetitif, di mana cloud dan aplikasi mampu mendorong pertumbuhan bisnis. “Saya sangat senang dapat bergabung dengan F5 Networks di puncak transformasi digital Asia Pasifik. Saya siap menjalin kolaborasi-kolaborasi baru guna membantu perusahaan-perusahaan agar selalu berada di garis depan di dunia multi-cloud saat ini,” ujar Breeman melalui keterangannya.
(Dam/Ysl)
Rangkuman :
Sebuah perusaan yang berbasis di Amerika Serikat yang mengkhususkan diri dalam teknologi jaringan pengiriman aplikasi untuk pengiriman aplikasi web dan keamanan, kinerja, ketersediaan server, perangkat penyimpanan data dan sumber daya jaringan dan cloud lainnya yaitu perusahaan F5 Networks, Inc, baru saja mengumumkan inisiatif bernama Super-NetOps. Ini merupakan pelatihan pertama di Asia Pasifik yang bertujuan untuk membantu sebuah perusahaan dan industri teknologi informasi.
Dengan inisiatif baru ini perusahaan dan industri teknologi informasi dapat lebih luas dalam menerapkan otomatisasi, penigkatan kinerja, mengurangi kesenjangan keterampilan dan membantu para profesional menyampaikan fungsi jaringan melalui DevOps. Perkembangan lanskap ancaman dan lingkungan multi-cloud telah mendorong peningkatan permintaan akan layanan aplikasi yang lebih otomatis. Pembicaraan antara Adam Judd dengan pelanggannya terdapat satu kesamaan yang nyata, yaitu kesenjangan dalam hal praktik kerja dan kolaborasi antara tim NetOps dan DevOps.
Kebutuhan akan layanan TI melampaui kemampuan pendekatan manual yang berbasis fungsi. Maka dari itu, F5 berkomitmen untuk menjawab tantangan ini secara langsung dan membantu industri bertumbuh dengan perangkat dan sumber daya manusia yang tepat. Program Super-NetOps F5 bertujuan memberikan informasi mengenai keterampilan jaringan esensial dan jaringan baru pada peserta. Program ini juga mendorong peralihan dari praktik manua yang berbasis tugas menjadi tingkat otomatis yang lebih baik, perbaikan yang berkesinambungan dan pengembalian investasi bisnis.
Dalam beberapa bulan mendatang F5 akan meluncurkan kurikulum yang diperluas. Ini termasuk penerapan otomatis dengan fokus pada keamanan di peran DevOps, termasuk topik lain mencakup kerangka bahasa aplikasi dan perangkat bantu otomatis pihak ketiga. Tahun lalu, F5 Networks, mengumumkan penambahan jajaran tim eksekutif, peusahaan yang bermarkas di Seattle, Washington, Amerika Serikat (AS) ini menunjuk Gabriel Breeman sebagai Vice President, Partner Sales & Alliances, Asia Pasifik.
Beberapa sumber dari :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar